Dalam
budaya modern saat ini, membaca sepertinya menjadi sebuah trade mark dimana mana. Ditiap sudut kota saat menunggu bis datang
puluhan orang rela menghabiskan waktunya dengan melahap koran. Atau saat jam
jam istirahat di suatu kampus, diatas permadani rumput hijau, satu dua
mahasiswa maupun mahasiswi khusyuk berkhalwat dengan buku.
Membaca
juga merupakan sebuah amanah pertama Rabbi, seperti tertuang dalam Surat Al
Alaq ayat pertama, yaitu iqra yaitu
bacalah. Bahkan dengan membaca Kalam Nya merupakan sebuah ibadah tersendiri.
Terlebih bisa mengahayati sekaligus mengamalkan menjadi nilai plus seorang
hamba terhadap sang illah.
Bagi
mahasiswa, terlebih aktivis membaca merupakan hal yang ada dalam skala wajib.
Aktifitas semisal diskusi tidak hanya membutuhkan keberanian dan ketrampilan
berbicara, kecakapan dan wawasan juga mutlak diperlukan. Menjadi malu ketika
dalam hal diskusi dan kegiatan semacamnya, aktifis yang dituntut untuk bisa
aktif, menjadi memble dengan alasan
tidak tahu.
Dan
memang jenis buku yang dibaca setiap orang pastilah berbeda, dan ini memang
tergantung dari jenis selera yang mereka miliki. Ada yang menyukai buku yang
membahas politik, di waktu yang bersamaan ada yang tidak menyukainya. Begitupun
sebaliknya, ada yang menyukai buku tentang kesehatan, namun di waktu bersamaan
ada yang tidak menyukainya.
Namun
yang perlu diperhatikan adalah alokasi waktu yang digunakan untuk membaca
hendaknya bisa ditingkatkan. Dalam sebuah Survey, siswa siswi Indonesia rata
rata menghabiskan hanya 3 jam untuk membaca sekian buku, berbeda dengan
Australia misalnya yang menghabiskan 15 jam waktu mereka hanya untuk membaca
buku, dari survey ini bisa dikomparasikan bagaimana kualitas pendidikan di
indonesia dan Australia.
Menulis
Menulis
sendiri merupakan sebuah gerakan aktualisasi dan improvisasi diri seorang baik
dalam gagasan atau ide dan menuangkanya dalam bentuk literasi karya. Menulis telah
dilakukan orang orang terdahulu, tersebutlah plato, aristoteles dan sebagainya,
hingga kini masih terkenal namanya, padahal entah bagaimana bentuk wajahnya dan
sebagainya, seolah olah ia masih hidup dan memberi pencerahan lewat tulisan dan
karyanya, Hingga ada pepatah yang mengatakan menulis membuatmu memperpanjang
usia.
Namun
menulis, apalagi merangkai abjad menjadi frasa, frasa menjadi paragraf, dan
dirangkai sedemikian rupa dan membuat orang terpukau bukanlah perkara mudah.
Butuh kebiasaan dan intensitas tinggi dalam melakukanya. Banyak penulis besar
memulai karya besarnya dari hal kecil, dan banyak penulis kecil memulai karya
kecilnya dari hal besar.
Ada
beberapa hal yang salah kaprah diantara penulis awal mula, Pertama tidak fokus. Banyak hal yang menyebabkan ketidakfokusan
penulis pada mulanya, misal awal menulis sebuah artikel telah mendapat dua atau
tiga paragraf, namun di tengah ingin menulis artikel yang lain. Dan tersebutlah
meninggalkan dua atau paragraf yang sudah jadi. Hal ini memang jamak terjadi,
solusinya bukanlah meningkatkan fokus kita membuat satu tulisan tersebut. Namun
dua atau tiga paragraf yang telah tertulis tadi, ada baiknya tidak dihapus,
sambil mengerjakan artikel baru, sesekali menambah dua atau tiga paragraf tadi
apabila ada inspirasi.
Kedua, terlalu
terpaku pada prolog. Prolog yang menarik biasanya salah satu unsur sebuah
tulisan yang berkualitas. Namun ini tidaklah mutlak, yang lebih diperlukan
untuk dinilai tentu substansinya bukan?, lalu bagaimana mengatasi prologisme
tersebut. Tentu yang awal kita tulis adalah substansi dari apa yang ingin kita
tulis, misal kita ingin kita tulis adalah tentang masalah pendidikan, daripada
kita fokus mencari kutipan atau ber-filsafat yang biasanya ada dalam prolog,
toh lebih baik fokus dengan menjabarkan masalah pendidikan. Baru setelah sukses
menjabarkan masalah masalah tersebut, baru buat prolog, entah mau dibuat
seperti apa. Apakah benar pintu selau dipasang di awal dalam pembuatan rumah.
Tentu tidak, bukan prolog yang utama dibuat dalam pembuatan artikel atau
tulisan, melainkan adalah pondasi atau intinya.
Ketiga terlalu
mengandalkan mood. Mood atau apalah namanya mengambil peran penting dalam
penulisan. Istilahnya mood ibarat
nyawa yang membawa perubahan dan semangat dalam menulis, namun apa jadi jika mood sedang jelek, ataupun sedang
terkena masalah dengan pacar, orangtua, sahabat, atau lainya. Saran yang baik,
tetaplah menulis, penulis penulis hebat bukanya tidak pernah mendapati bad mood, dan bukan hanya satu dua,
mungkin saja sering. Namun karena kebiasaan menulis sudahlah tertanam dengan
baik, dalam kondisi apapun karena sudah menjadi kebiasaan ia tetap menulis.
Mudah saja, anda telah terbiasa mandi dua kali sehari, apakah ketika anda satu
hari bad mood kemudian menggagalkan
mandi anda, tentu tidak.
Tentunya
solusinya menjadikan menulis menjadi suatu kebiasaan, bahkan Ustd Felix Siauw
seorang penulis, membiasakan sehabis sholat shubuh setiap harinya menulis, tentang
apapun, baik atau jelek, sedang mood atapun
tidak, dan hasilnya sekarang ia menjadi penulis terkenal. Helvy Tiana rosa,
seorang penulis terkenal pula mengatakan menulis dan membaca bukanlah suatu
hobi, namun suatu kebutuhan, ya benar jadikanlah menulis sebagai kebutuhan
wajibmu.
Keempat, kurang
penguasaan kata kata. Ini menjadi hal yang menarik pula, cacat dalam penguasaan
diksi membuat tulisan tulisan tampak datar dan monoton, sehingga baru satu atau
dua paragraf saja, si pembaca sudah malas membaca. Hal ini hanya bisa diobati
dengan satu hal, yaitu membaca. Semakin sering membaca, semakin banyak pula
kosakata yang dikuasai, apalagi buku yang dibaca tidak hanya satu tema saja,
membuat diksi yang dikuasai semakin
variatif. Dan memang banyak kesimpulan mengatakan menulis yang baik
harus diimbangi dengan membaca yang baik pula.
Terakhir,
hal yang perlu diperhatikan. Setelah keempat faktor tadi telah dipaparkan
adalah suasana yang kondusif. Suasana kondusif membuat tulisan tampak tenang
dan rapih, berbeda dengan suasana yang non kondusif, misalnya menulis di
ruangan yang penuh barang yang berserakan, ada potensi tulisan pun berserakan
tak tentu arah. Menjadi asumsi pula, suasana sekiatar tempat menulis menentukan
sifat tulisan, tulisan Mochtar Lubis dalam Orde Baru yang terkenal garang dan
galak menandakan kegusaran beliau terhadap era itu. Atau tulisan kritik jenaka
Goenawan Muhammad dari awal Orba menuju reformasi, merupakan bentuk
ketidakpuasan terhadap pemerintahan kala itu.
Dan
kesimpulanya tidak ada alasan untuk tidak menulis dalam keadaan apapun. Imam Al
ghazali pernah mengatakan,”kalau kau bukan anak raja dan engkau bukan anak
ulama besar, maka jadilah penulis”. so, tunggu apalagi kawan, lekaslah abadikan
ide dan gagasanmu, Scripta manen, Verna
Vollen, yang tertulis akan abadi dan yang terucap akan musnah.
Ayo
NgeBlog
Ada sebuah kebanggan ketika
meliterasi karya kemudian dikirimkan ke sebuah surat kabar, dan tulisan dimuat.
Kebanggan bukan hanya sisi materiil saja, namun rasa puas karena tulisan telah dibaca oleh banyak orang, dan
tulisan diakui kualitasnya karena menyingkirkan kandidat kandidat tulisan yang
kulitasnya tidak kalah dengan tulisan kita.
Lantas apa yang kita rasakan ketika
tulisan tidak dimuat, kesal?, kecewa?, sedih?, atau mungkin galau?. Seakan akan
dunia itu tidak berpihak pada kita, padahal tidak sedikit waktu, tenaga,
sekaligus pikiran yang kita curahkan pada tulisan tersebut agar layak dimuat,
namun ketika hasilnya nihil rasa dongkol pasti ada. Ketika kita berjalan, lalu
terjatuh, jawaban yang rasional adalah bangkit. Betul, caranya adalah tidak
kenal menyerah. Dan menjadi rahasia umum, menembus barikade redaksi media
massa, bukanlah perkara mudah, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang
ekstra. Contoh saja, ada seorang mahasiswa mengirim artikel sebanyak 40 kali
dan sebanyak itu pula ia ditolak, dan setelah 40kegagalan itu artikelnya baru
bisa menembus barikade redaksi. Sikap pantang menyerah inilah yang kiranya
perlu kita perhatikan dan pertahankan.
Lalu bagaimana ketika kita orangnya
tidak mudah sabaran,ada cara lain agar tulisan anda cukup dihargai dan mungkin
bisa menghasilkan prestise yaitu
dengan cara NgeBlog, semacam akun tempat kita sharing ide atau gagasan. Dan sebenarnya tidak hanya NgeBlog saja,
serupa dengan Blog muncul juga Wordpress. Intinya sama, yaitu sebagai media sharing tulisan serta ide dan gagasan.
Bahkan
juga dengan Blog kita bisa punya penghasilan sendiri, yaitu melalui iklan yang
terpampang di blog kita sendiri. Bagaimana cara memperoleh iklan, tentu saja
dari segi penampilan blog haruslah semenarik mungkin untuk dilihat, kemudian
juga isi dan substansi tulisan juga perlu ditingkatkan. Kedua hal itulah yang
menarik banyak pengunjung yang juga
banyak iklan untuk antre untuk diiklankan.
Banyak
jalan ke roma, begitulah adagium berkata . Ketika tulisan anda gagal dimuat di
media Massa, tidak akan ada kiamat dadakan atau hidup anda kemudian berakhir.
Masih ada cara lain untuk bisa mendapat penghargaan dari dunia tulis menulis,
bisa dengan membuat blog, Wordpress, atau bergabung dengan komunitas penulis.
Dan bLog menjadi salah satu cara ampuh mengabadikan “sebagian hidup anda”.
Tersebutlah ada adagium di kalangan
mahasiswa, yaitu Baca, Diskusi, Aksi.sekarang kita ganti “aksi” dengan ngeblog.
Aksi adalah penyuaraan wacana dan pendapat mengenai sesuatu,jamak dilakukan
mahasiswa saat ada kejanggalan yang tidak pro rakyat dalam negeri ini. Namun
sekarang penyuaraan wacana dan pendapat tidak harus lewat aksi, dengan NgeBlog
tentu kita tidak harus berpanas panas menyuarakan pendapat, atau mengganggu
pengendara, dan tentu saja lebih hemat. Tentu saja, ini bukanlah tendensi
terhadap aksi yang sering dilakukan
mahasiswa sekarang, namun ini hanya alternatif saja menyuarakan pendapat. Dan
mungkin saja aksi punya banyak kelebihan dari ngeBlog atau mungkin adagium
“baca, diskusi, aksi” akrab didengar saat sarana untuk NgeBlog belum memadai. So,
ayo Baca, Diskusi , dan Nge Blog !!!!
(Ringkasan Diskusi Rutin LPM
Pabelan, 23 Mei 2013, dengan tema Membudayakan budaya membaca dan menulis)Ditulis
dan dikembangkan oleh Litbang LPM Pabelan