Senin, 05 Mei 2014

Baca, Diskusi, dan Nge-Blog


Dalam budaya modern saat ini, membaca sepertinya menjadi sebuah trade mark dimana mana. Ditiap sudut kota saat menunggu bis datang puluhan orang rela menghabiskan waktunya dengan melahap koran. Atau saat jam jam istirahat di suatu kampus, diatas permadani rumput hijau, satu dua mahasiswa maupun mahasiswi khusyuk berkhalwat dengan buku.
Membaca juga merupakan sebuah amanah pertama Rabbi, seperti tertuang dalam Surat Al Alaq ayat pertama, yaitu iqra yaitu bacalah. Bahkan dengan membaca Kalam Nya merupakan sebuah ibadah tersendiri. Terlebih bisa mengahayati sekaligus mengamalkan menjadi nilai plus seorang hamba terhadap sang illah.
Bagi mahasiswa, terlebih aktivis membaca merupakan hal yang ada dalam skala wajib. Aktifitas semisal diskusi tidak hanya membutuhkan keberanian dan ketrampilan berbicara, kecakapan dan wawasan juga mutlak diperlukan. Menjadi malu ketika dalam hal diskusi dan kegiatan semacamnya, aktifis yang dituntut untuk bisa aktif, menjadi memble dengan alasan tidak tahu.
Dan memang jenis buku yang dibaca setiap orang pastilah berbeda, dan ini memang tergantung dari jenis selera yang mereka miliki. Ada yang menyukai buku yang membahas politik, di waktu yang bersamaan ada yang tidak menyukainya. Begitupun sebaliknya, ada yang menyukai buku tentang kesehatan, namun di waktu bersamaan ada yang tidak menyukainya.
Namun yang perlu diperhatikan adalah alokasi waktu yang digunakan untuk membaca hendaknya bisa ditingkatkan. Dalam sebuah Survey, siswa siswi Indonesia rata rata menghabiskan hanya 3 jam untuk membaca sekian buku, berbeda dengan Australia misalnya yang menghabiskan 15 jam waktu mereka hanya untuk membaca buku, dari survey ini bisa dikomparasikan bagaimana kualitas pendidikan di indonesia dan Australia.
Menulis
Menulis sendiri merupakan sebuah gerakan aktualisasi dan improvisasi diri seorang baik dalam gagasan atau ide dan menuangkanya dalam bentuk literasi karya. Menulis telah dilakukan orang orang terdahulu, tersebutlah plato, aristoteles dan sebagainya, hingga kini masih terkenal namanya, padahal entah bagaimana bentuk wajahnya dan sebagainya, seolah olah ia masih hidup dan memberi pencerahan lewat tulisan dan karyanya, Hingga ada pepatah yang mengatakan menulis membuatmu memperpanjang usia.
Namun menulis, apalagi merangkai abjad menjadi frasa, frasa menjadi paragraf, dan dirangkai sedemikian rupa dan membuat orang terpukau bukanlah perkara mudah. Butuh kebiasaan dan intensitas tinggi dalam melakukanya. Banyak penulis besar memulai karya besarnya dari hal kecil, dan banyak penulis kecil memulai karya kecilnya dari hal besar.
Ada beberapa hal yang salah kaprah diantara penulis awal mula, Pertama tidak fokus. Banyak hal yang menyebabkan ketidakfokusan penulis pada mulanya, misal awal menulis sebuah artikel telah mendapat dua atau tiga paragraf, namun di tengah ingin menulis artikel yang lain. Dan tersebutlah meninggalkan dua atau paragraf yang sudah jadi. Hal ini memang jamak terjadi, solusinya bukanlah meningkatkan fokus kita membuat satu tulisan tersebut. Namun dua atau tiga paragraf yang telah tertulis tadi, ada baiknya tidak dihapus, sambil mengerjakan artikel baru, sesekali menambah dua atau tiga paragraf tadi apabila ada inspirasi.
Kedua, terlalu terpaku pada prolog. Prolog yang menarik biasanya salah satu unsur sebuah tulisan yang berkualitas. Namun ini tidaklah mutlak, yang lebih diperlukan untuk dinilai tentu substansinya bukan?, lalu bagaimana mengatasi prologisme tersebut. Tentu yang awal kita tulis adalah substansi dari apa yang ingin kita tulis, misal kita ingin kita tulis adalah tentang masalah pendidikan, daripada kita fokus mencari kutipan atau ber-filsafat yang biasanya ada dalam prolog, toh lebih baik fokus dengan menjabarkan masalah pendidikan. Baru setelah sukses menjabarkan masalah masalah tersebut, baru buat prolog, entah mau dibuat seperti apa. Apakah benar pintu selau dipasang di awal dalam pembuatan rumah. Tentu tidak, bukan prolog yang utama dibuat dalam pembuatan artikel atau tulisan, melainkan adalah pondasi atau intinya. 
 Ketiga terlalu mengandalkan mood. Mood atau apalah namanya mengambil peran penting dalam penulisan. Istilahnya mood ibarat nyawa yang membawa perubahan dan semangat dalam menulis, namun apa jadi jika mood sedang jelek, ataupun sedang terkena masalah dengan pacar, orangtua, sahabat, atau lainya. Saran yang baik, tetaplah menulis, penulis penulis hebat bukanya tidak pernah mendapati bad mood, dan bukan hanya satu dua, mungkin saja sering. Namun karena kebiasaan menulis sudahlah tertanam dengan baik, dalam kondisi apapun karena sudah menjadi kebiasaan ia tetap menulis. Mudah saja, anda telah terbiasa mandi dua kali sehari, apakah ketika anda satu hari bad mood kemudian menggagalkan mandi anda, tentu tidak.
Tentunya solusinya menjadikan menulis menjadi suatu kebiasaan, bahkan Ustd Felix Siauw seorang penulis, membiasakan sehabis sholat shubuh setiap harinya menulis, tentang apapun, baik atau jelek, sedang mood atapun tidak, dan hasilnya sekarang ia menjadi penulis terkenal. Helvy Tiana rosa, seorang penulis terkenal pula mengatakan menulis dan membaca bukanlah suatu hobi, namun suatu kebutuhan, ya benar jadikanlah menulis sebagai kebutuhan wajibmu.
Keempat, kurang penguasaan kata kata. Ini menjadi hal yang menarik pula, cacat dalam penguasaan diksi membuat tulisan tulisan tampak datar dan monoton, sehingga baru satu atau dua paragraf saja, si pembaca sudah malas membaca. Hal ini hanya bisa diobati dengan satu hal, yaitu membaca. Semakin sering membaca, semakin banyak pula kosakata yang dikuasai, apalagi buku yang dibaca tidak hanya satu tema saja, membuat diksi yang dikuasai semakin  variatif. Dan memang banyak kesimpulan mengatakan menulis yang baik harus diimbangi dengan membaca yang baik pula.
Terakhir, hal yang perlu diperhatikan. Setelah keempat faktor tadi telah dipaparkan adalah suasana yang kondusif. Suasana kondusif membuat tulisan tampak tenang dan rapih, berbeda dengan suasana yang non kondusif, misalnya menulis di ruangan yang penuh barang yang berserakan, ada potensi tulisan pun berserakan tak tentu arah. Menjadi asumsi pula, suasana sekiatar tempat menulis menentukan sifat tulisan, tulisan Mochtar Lubis dalam Orde Baru yang terkenal garang dan galak menandakan kegusaran beliau terhadap era itu. Atau tulisan kritik jenaka Goenawan Muhammad dari awal Orba menuju reformasi, merupakan bentuk ketidakpuasan terhadap pemerintahan kala itu. 
            Dan kesimpulanya tidak ada alasan untuk tidak menulis dalam keadaan apapun. Imam Al ghazali pernah mengatakan,”kalau kau bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. so, tunggu apalagi kawan, lekaslah abadikan ide dan gagasanmu, Scripta manen, Verna Vollen, yang tertulis akan abadi dan yang terucap akan musnah.
Ayo NgeBlog
            Ada sebuah kebanggan ketika meliterasi karya kemudian dikirimkan ke sebuah surat kabar, dan tulisan dimuat. Kebanggan bukan hanya sisi materiil saja, namun rasa puas karena  tulisan telah dibaca oleh banyak orang, dan tulisan diakui kualitasnya karena menyingkirkan kandidat kandidat tulisan yang kulitasnya tidak kalah dengan tulisan kita.
            Lantas apa yang kita rasakan ketika tulisan tidak dimuat, kesal?, kecewa?, sedih?, atau mungkin galau?. Seakan akan dunia itu tidak berpihak pada kita, padahal tidak sedikit waktu, tenaga, sekaligus pikiran yang kita curahkan pada tulisan tersebut agar layak dimuat, namun ketika hasilnya nihil rasa dongkol pasti ada. Ketika kita berjalan, lalu terjatuh, jawaban yang rasional adalah bangkit. Betul, caranya adalah tidak kenal menyerah. Dan menjadi rahasia umum, menembus barikade redaksi media massa, bukanlah perkara mudah, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang ekstra. Contoh saja, ada seorang mahasiswa mengirim artikel sebanyak 40 kali dan sebanyak itu pula ia ditolak, dan setelah 40kegagalan itu artikelnya baru bisa menembus barikade redaksi. Sikap pantang menyerah inilah yang kiranya perlu kita perhatikan dan pertahankan.
            Lalu bagaimana ketika kita orangnya tidak mudah sabaran,ada cara lain agar tulisan anda cukup dihargai dan mungkin bisa menghasilkan prestise yaitu dengan cara NgeBlog, semacam akun tempat kita sharing ide atau gagasan. Dan sebenarnya tidak hanya NgeBlog saja, serupa dengan Blog muncul juga Wordpress. Intinya sama, yaitu sebagai media sharing tulisan serta ide dan gagasan.
Bahkan juga dengan Blog kita bisa punya penghasilan sendiri, yaitu melalui iklan yang terpampang di blog kita sendiri. Bagaimana cara memperoleh iklan, tentu saja dari segi penampilan blog haruslah semenarik mungkin untuk dilihat, kemudian juga isi dan substansi tulisan juga perlu ditingkatkan. Kedua hal itulah yang menarik banyak pengunjung yang  juga banyak iklan untuk antre untuk diiklankan.
Banyak jalan ke roma, begitulah adagium berkata . Ketika tulisan anda gagal dimuat di media Massa, tidak akan ada kiamat dadakan atau hidup anda kemudian berakhir. Masih ada cara lain untuk bisa mendapat penghargaan dari dunia tulis menulis, bisa dengan membuat blog, Wordpress, atau bergabung dengan komunitas penulis. Dan bLog menjadi salah satu cara ampuh mengabadikan “sebagian hidup anda”.
            Tersebutlah ada adagium di kalangan mahasiswa, yaitu Baca, Diskusi, Aksi.sekarang kita ganti “aksi” dengan ngeblog. Aksi adalah penyuaraan wacana dan pendapat mengenai sesuatu,jamak dilakukan mahasiswa saat ada kejanggalan yang tidak pro rakyat dalam negeri ini. Namun sekarang penyuaraan wacana dan pendapat tidak harus lewat aksi, dengan NgeBlog tentu kita tidak harus berpanas panas menyuarakan pendapat, atau mengganggu pengendara, dan tentu saja lebih hemat. Tentu saja, ini bukanlah tendensi terhadap  aksi yang sering dilakukan mahasiswa sekarang, namun ini hanya alternatif saja menyuarakan pendapat. Dan mungkin saja aksi punya banyak kelebihan dari ngeBlog atau mungkin adagium “baca, diskusi, aksi” akrab didengar saat sarana untuk NgeBlog belum memadai.  So, ayo Baca, Diskusi , dan Nge Blog !!!!
(Ringkasan Diskusi Rutin LPM Pabelan, 23 Mei 2013, dengan tema Membudayakan budaya membaca dan menulis)Ditulis dan dikembangkan oleh Litbang LPM Pabelan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar