”tulis, tulis, dan tulislah. Meski tidak
dibaca, suatu saat akan berguna” Pramoedya Ananta Toer
Seorang sahabat pernah berkata,
bahwa hidup itu berasal dari tinta tinta, warna kehidupan ini pada dasarnya
berasal dari tinta. Ya tinta adalah hitam pada umumnya, logikanya kehidupan itu
hitam. Namun tidak juga, ketika hitam itu dibentuk menjadi sebuah abjad, lalu
terangkai menjadi frasa, dari frasa terkumpul lalu menjadi prosa, dan dari
prosa lah menjadi sebuah cerita. Cerita pun demikian tak selamanya ia hitam
adakalanya putih, namun cerita dan tinta yang membentuk warna kehidupan harus
bersatu dalam sebuah frasa juga yaitu menulis.
Berbicara menulis memang tak
akan ada habisnya, sebuah pepatah mengatakan “scripta manen, verba vollen”, atau yang tertulis akan abadi dan
yang terucap akan musnah. Mereka yang terkenang sepanjang zaman adalah mereka
yang berjuang dengan tinta mereka, berjuang dengan pena mereka. Kekuatan kata
kata memang tak ada tandinganya, padahal ia tersusun dari sebuah lidah, ya
lidah, bertulang pun tidak.
Lihat saja, berapa banyak nama
manusia yang harus meregang nyawa karena lidah ini. lidah sudahlah menjadi
penjahat yang Untouchable sepanjang
sejarah manusia. Namun kita juga harus memandang secara proporsional juga,
berapa banyak manusia abadi karyanya karena tinta ini. Iwan Fals pernah
berdendang, hidup memang sementara tapi karya selamanya.
Socrates, Plato, dan Aristoteles
masyhur dalam sebuah keabadian dalam filsafat mereka. Mereka lagi lagi abadi
karena tinta tinta itu, ternyata memang benar. Bahwa hidup itu berasal dari
tinta tinta ini, selain memberi warna dalam hidup kita, ternyata tinta juga
memberi sebuah janji tersirat, yaitu keabadian.
Keabadian milik seorang hamba
yang Dhaif tentu berbeda dengan keabadian milik Yang Maha Kuasa, yang maha kuasa itu perkasa,
dan abadi milikNya adalah selamanya, tidak akan terpisahkan oleh maut, bahkan
kabarnya maut akan merasakan “maut” dihadapanNYa.
Memang setiap manusia ingin
merasakan sebuah keabadian, dalam dongeng Frankenstein adalah fenomena
tersendiri, dalam kepercayaan kita (Islam) Beliau Khidir manusia mulia nan
bijaksana dan Isa Almasih adalah manusia abadi. Terkecuali Frankenstein, mereka
(Isa dan Khidir) adalah manusia mulia, mereka abadi karena kehendak yang kuasa.
Tulisan
adalah karya manusia, manusia adalah karya tuhan. Dan tuhan mengkaryakan juga
alam semesta beserta isinya, termasuk surya. Tiap hamba memang akan merasakan
maut, namun setiap tulisan hamba tidak pernah merasakan maut. Padahal ia hidup,
hidup ada dalam hati mereka yang membaca. Termasuk mereka yang membaca juga
akan merasakan maut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar