Etos kerja adalah sikap yang muncul
atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai
budaya terhadap kerja. Maka secara umum pendapat beliau, etos didasari dari
norma norma budaya yang melekat pada tiap individu, maka pada dasarnya etos itu
berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri.
Dalam berorganisasi, etos kerja
sangat menentukan kinerja seseorang melaksanakan tuga dan kewajibanya. Jika ia
dalam kondisi beretos tinggi, sangat besar kemungkinan banyak pekerjaan yang
bisa terselesaikan dengan mudah, namun sebaliknya jika kondisi jiwanya dalam
keadaaan etos kerja yang kurang maksimal, maka besar kemungkinan juga
kinerjanya dalam melaksanakan tugas juga menurun.
Banyak faktor faktor yang
mempengaruhi etos kerja seseorang, namun secara garis besar hanya dibedakan
menjadi dua saja, yaitu faktor dari diri seseorang atau Intern dan Faktor dari luar dirinya atau Ekstern.
Faktor
intern,
adalah faktor yang ideal dalam membentuk etos kerja seseorang .Mulai dari
motif, kecintaan, dan keikhlasan dalam melaksanakan tugasnya. Pada hakikatnya
ialah segala sesuatu atau kehendak yang berasal dari dirinya. Faktor ini memang bisa langsung dikaitkan
dengan etos kerja itu sendiri, dimana etos kerja itu memang pada dasarnya
berasal dari kemauan dan motif yang ada dalam diri seseorang untuk bisa
menunjukan eksistensi etos kerjanya.
Dalam hal ini, motif juga hal
penting. Motif dalam berorganisasi, juga mempengaruhi kinerjanya. Misal
motifnya adalah mencari keuntungan dari organisasi itu sendiri, ketika
organisasi sudah mentok tidak bisa memberi posisi menguntungkan, bisa saja
kinerjnya menurun, namun sebaliknya, ketika ia terus mendapat keuntungan
materi, tentu kinerjanya berpotensi meningkat.
Selain, itu yang tidak kalah penting
ialah Faktor ekstern, atau faktor
yang ada diluar kehendak seseorang dalam melakukan sesuatu. Faktor lingkungan
dan atmosfir bisa menjadi hal yang tidak bisa dilewatkan. Lingkungan kerja yang
kondusif dan mendukung untuk bisa sukses bisa mendorong seseorang menunjukan
etos kerjanya yang super, begitu juga dengan atmosfir kerja yang kompetitif,
yang menghendaki persaingan. Malah melahirkan pejuang pejuang etos kerja yang
handal.
Hal ini berdasarkan studi empiris,
terhadap beberapa peserta diskusi ketika menjalani proses belajar mengajar di
sekolah dulu. Lingkungan yang kondusif untuk bisa sukses, menjadikan seseorang
terpacu untuk maju, sebaliknya lingkungan yang cenderung negativ melahirkan
etos kerja yang mandul. Atmosfir pun demikian, atmosfir yang kompetitif membuat
seorang terpacu untuk bisa bersaing dan menang, dan atmosfir yang pragmatis dan
kaku malah membuat etos semangat meredup.
Secara logika, faktor Intern dan
ekstern haruslah berhubungan dan berkaitan, dan juga berkesinambungan. Jika
dalam hal ini menginginkan etos kerja yang baik, Motif seseorang yang membara
jika ada dalam lingkungan yang kaku, malah membuat semangatnya padam. Resiko
terpengaruh begitu besarnya, dan lingkungan yang kondusif serta atmosfir yang
kompetitif tanpa adanya etos semangat dalam tiap individu menjadi sebuah
ketidakmungkinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar