Kamis, 25 April 2013

MEMBANGUN ETOS KERJA PADA ORGANISASI



            Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja. Maka secara umum pendapat beliau, etos didasari dari norma norma budaya yang melekat pada tiap individu, maka pada dasarnya etos itu berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri.
            Dalam berorganisasi, etos kerja sangat menentukan kinerja seseorang melaksanakan tuga dan kewajibanya. Jika ia dalam kondisi beretos tinggi, sangat besar kemungkinan banyak pekerjaan yang bisa terselesaikan dengan mudah, namun sebaliknya jika kondisi jiwanya dalam keadaaan etos kerja yang kurang maksimal, maka besar kemungkinan juga kinerjanya dalam melaksanakan tugas juga menurun.
            Banyak faktor faktor yang mempengaruhi etos kerja seseorang, namun secara garis besar hanya dibedakan menjadi dua saja, yaitu faktor dari diri seseorang atau Intern dan Faktor dari luar dirinya atau Ekstern.
            Faktor intern, adalah faktor yang ideal dalam membentuk etos kerja seseorang .Mulai dari motif, kecintaan, dan keikhlasan dalam melaksanakan tugasnya. Pada hakikatnya ialah segala sesuatu atau kehendak yang berasal dari dirinya.  Faktor ini memang bisa langsung dikaitkan dengan etos kerja itu sendiri, dimana etos kerja itu memang pada dasarnya berasal dari kemauan dan motif yang ada dalam diri seseorang untuk bisa menunjukan eksistensi etos kerjanya.
            Dalam hal ini, motif juga hal penting. Motif dalam berorganisasi, juga mempengaruhi kinerjanya. Misal motifnya adalah mencari keuntungan dari organisasi itu sendiri, ketika organisasi sudah mentok tidak bisa memberi posisi menguntungkan, bisa saja kinerjnya menurun, namun sebaliknya, ketika ia terus mendapat keuntungan materi, tentu kinerjanya berpotensi meningkat.
            Selain, itu yang tidak kalah penting ialah Faktor ekstern, atau faktor yang ada diluar kehendak seseorang dalam melakukan sesuatu. Faktor lingkungan dan atmosfir bisa menjadi hal yang tidak bisa dilewatkan. Lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung untuk bisa sukses bisa mendorong seseorang menunjukan etos kerjanya yang super, begitu juga dengan atmosfir kerja yang kompetitif, yang menghendaki persaingan. Malah melahirkan pejuang pejuang etos kerja yang handal.
            Hal ini berdasarkan studi empiris, terhadap beberapa peserta diskusi ketika menjalani proses belajar mengajar di sekolah dulu. Lingkungan yang kondusif untuk bisa sukses, menjadikan seseorang terpacu untuk maju, sebaliknya lingkungan yang cenderung negativ melahirkan etos kerja yang mandul. Atmosfir pun demikian, atmosfir yang kompetitif membuat seorang terpacu untuk bisa bersaing dan menang, dan atmosfir yang pragmatis dan kaku malah membuat etos semangat meredup.
            Secara logika, faktor Intern dan ekstern haruslah berhubungan dan berkaitan, dan juga berkesinambungan. Jika dalam hal ini menginginkan etos kerja yang baik, Motif seseorang yang membara jika ada dalam lingkungan yang kaku, malah membuat semangatnya padam. Resiko terpengaruh begitu besarnya, dan lingkungan yang kondusif serta atmosfir yang kompetitif tanpa adanya etos semangat dalam tiap individu menjadi sebuah ketidakmungkinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar